Kamis, 18 Oktober 2012

Suku Dayak


Sejarah Suku Dayak

Siapa yang tidak mengenal Suku Dayak yang merupakan penduduk asli Kalimantan dan merupakan suku yang pertama kalinya mendiami pulau Kalimantan tersebut. Menurut penelitian para ahli arkeologi dan antropologi, nenek moyang suku dayak berasal dari dataran Yunan ( Daerah di Cina bagian selatan ) yang bermigrasi menuju kepulauan Nusantara dengan menggunakan perahu bercadik. Migrasi ini terjadi dalam dua gelombang. Bangsa bangsa yang bermigrasi dalam gelombang pertama disebut Proto Melayu, sedangkan yang bermigrasi pada gelombang ke dua disebut Deutero Melayu.
Nenek Moyang suku Dayak sendiri tergolong dalam jajaran bangsa Proto Melayu yang telah menginjakkan kaki di Nusantara sekitar ± 1500 SM. Dalam budayanya Nenek Moyang suku Dayak membawa kebudayaan Neolitik (batu Baru). Selain suku Dayak, suku lain di Nusantara yang juga tergolong proto melayu adalah Toraja, Batak Karo, dan Sasak (Lombok).Dalam kepercayaan Dayak Kanayatn, orang orang tua pada umumnya mengenal gesah (legenda / mitos, cerita lisan tentang asal usul). Salah satu gesah dalam masyarakat Dayak Kanayatn adalah cerita mengenai asal usul dayak Kanayatn. Berikut adalah kutipan gesah asal usul Dayak Kanayatn yang dituturkan di daerah Binua Kaca’, Menjalin (terjemahan) :“Konon asal usul orang dayak itu bersal dari binua aya’.
Mereka datang ke Kalimantan dengan sejenis rakit yang terbuat dari buluh Munti. Sebelum berangkat, Ne’ Galeber berdoa pada Jubata (Tuhan) Supaya rakit mereka dapat bergerak sendiri dan sampai di tempat yang patut dihuni. Maka bertiuplah angin kencang, membawa rombongan melintasi ribuan pulau dan akhirnya tiba di Kalimantan, tepatnya di pesisir ketapan. Daerah tersebut mereka namai ‘sikulanting’ (lanting = rakit).Selanjutnya Ne’ Galeber dan rombongannya bergerak menuju pedalaman. Rombongan berhenti sejenak di sebuah tempat. Malam harinya Ne’ Anteber (Istri Ne’ Galeber) terbangun duluan. Lalu dia bangunkan suaminya memakai sikutnya. Ketika di sikut, Ne’ Galeber berkata ‘Dono’…’. Maka tempat itu dinamai sikudana (siku’ dan dono’). Tiga hari rombongan berada di tempat itu. Setelah itu mereka beranjak menuju gunung Bawakng setelah diberi mimpi oleh Jubata. Tetapi ada beberapa anggota rombongan yang memilih menetap. Dua keluarga ini pun akhirnya menjadi nenek moyang suku dayak di derah Krio, Sandai, Semandang, Laur, dan Ulu’ Air.Singkat Cerita, akhirnya rombongan tiba di daerah gunung bawakng.

Setelah beberapa generasi, Jubata kembali mewahyukan adat istiadat dan tradisi sebagai penyempurnya tradisi yang telah ada sebelumnya. Dalam keturunan Ne’ Galeber, ada seseorang bernama Ne’ Unte’. Saat Ia sedang berburu di hutan, Jubata memberinya tujuh butir beras. Ne’ Unte’ tidak paham maksud dari tujuh butir beras itu. Beberapa hari kemudian, Jubata menyuruhnya menyepi dengan tujuh orang kerabatnya. Di tempat mereka menyepi, Jubata memberitahukan makna ketujuh butir beras tadi dan mewahyukan adat : Bauma batahutn (berladang), Balaki Babini (Pernikahan), Baranak (melahirkan), Nu’ diri’ man Parene’atn (Hak Pribadi dan bersama), Babalak (Bersunat), Karusakatn (kematian), dll yang terus dipakai sampai saat ini.
Dalam gesah tadi orang orang tua mengatakan kalau Nenek Moyang Dayak Kanayatn berasal dari binua aya’. Mungkin Binua Aya’ tadi adalah dataran Yunani.
Demikianlah seulas tentang sejarah suku dayak yang berada di Indonesia.

Sumber : http://www.dayak.info/sejarah-suku-dayak/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar